Danau Universitas Negeri Surabaya (Unesa) cabang Lidah Wetan, begitu
sebutan masyarakat untuk danau yang berada di dekat Unesa Lidah Wetan. Padahal
danau tersebut milik semua orang. Orang-orang dapat memanfaatkannya sebagai
apapun. Para pengunjung danau tersebut tidak hanya berasal dari mahasiswa Unesa
tetapi sering pula danau dikunjungi oleh mahasiswa universitas atau sekolah
lain. Misalnya, mahasiswa STIESIA yang berasal dari Mojokerto sering nongkrong
bareng. Kumpulan mahasiswa tersebut lebih suka ‘ngopi’ di pinggiran danau
daripada ‘ngopi’ di Kampus mereka. Mereka mengganggap danau ini memiliki aura
yang menyenangkan dan mendamaikan hati.
Air danau yang dianggap keruh, tidak sejernih danau-danau wisata yang
terkenal yang sering muncul di televisi. Pengunjung tidak dapat dengan jelas
melihat kehidupan biota air di dalamnya. Seakan-akan kehidupan makhluk-makhluk
lain itu melindungi diri dari makhluk yang bernama manusia. Manusia sering
mengubah alam sehingga danau tersebut dianggap alam yang tidak terkikis, yang
berada di tengah-tengah kepungan bangunan buatan manusia. Di satu sisi danau
bisa kita lihat jalan dan tanaman yang bentuk dan fungsinya telah direkayasa
manusia sesuai keinginan dan kebutuhan. Di sisi lain danau, dengan garang,
manusia menunjukkan keberadaannya melalui gedung-gedung tinggi besar yang
kokoh, saling bersaing antara bangunan satu dengan bangunan lain. Di pinggiran
danau, manusia mengais rejeki dengan gaji yang besarannya bergantung nasibnya
hari itu. Mujur atau tidak. Laris atau sepi.
Namanya saja danau Unesa. Danau ini terletak
tepat disebelah timur kampus Unesa Lidah Wetan, Surabaya. Danau ini tepat
bersebelahan dengan gerbang utama Unesa dan jalan utama menuju kawasan
Citraland. Danau ini berjarak beberapa ratus meter dari pertokoan Pakuwon Trade
Centre (PTC). Luas danau ini sekitar 300 meter persegi dan sebelah barat danau
dikelilingi pohon pisang dan bambu.
Dengan segala yang ada dan berada di danau Unesa Lidah Wetan, tempat ini
seakan-akan menjadi Oase manusia di tengah-tengah kepungan ke-manusia-annya
yang kadang melelahkan. Danau tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi
yang hobi memancing. Bagi yang ingin minum hangatnya kopi, atau segarnya es
sambil menikmati indahnya matahari terbenam dan semilir hembusan angin pun bisa
saja. Tak heran, pada jam orang pulang kerja banyak yang menyempatkan untuk
singgah sebentar untuk sekedar melepas lelah.
Hari beranjak malam, matahari kembali ke
peraduan. Tetapi, suasana di danau tetap ramai. Kali ini bukan karena orang
yang sedang memancing, atau orang pulang kerja yang singgah untuk melepas
lelah. Melainkan muda-mudi yang sedang dimabuk asmara memadu kasih. Mereka tak
peduli dengan lalu lalang kendaraan yang melintas disekitar mereka. Disekitar danau tidak ada lampu
penerang jalan. Sehingga dimanfaatkan muda-mudi untuk berdua-an. Adapun
penerang jalan itupun terletak di jalan seberang danau. Bukan tepat di depan
danau.
“Kawasan yang paling mendesak untuk dibangun danau adalah wilayah Surabaya
Barat. Wilayah barat merupakan dataran tinggi. Jadi, prinsipnya sesuai dengan
sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke yang rendah,” terang Anton,
sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya. Selama ini perguruan
tinggi besar di Surabaya sudah membangun danau–danau kecil seperti Unesa dan
ITS.
Di Unesa, setiap kampus cabangnya yang besar
(Ketintang dan Lidah wetan) memiliki satu danau untuk daerah resapan dan
pengatur volume air hujan. "Danau di Unesa juga ditujukan sebagai taman
kampus dan pemecah kebisingan atau konsentrasi mahasiswa agar tidak
beraktivitas akademik di dalam ruang/gedung saja," ucap Suyatno, Kepala
Humas Unesa. Saat ini danau di kampus Lidah pun sedang ditata bentuknya.
Nantinya danau kampus Lidah juga akan dibuat sebagai taman kampus seperti
halnya di kampus Ketintang sehingga ke depan saat rektorat baru Unesa jadi,
pemandangan kampus Unesa akan semakin indah. Sementara
itu, lahan di ITS sengaja tidak dimanfaatkan seluruhnya sebagai kawasan
terbangun. Jarak antargedung di kampus tersebut berjauhan. Selain dibiarkan
sebagai ruang terbuka hijau, ada beberapa titik cekungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai area tangkapan air hujan.
Waktu senja adalah waktu tepat untuk melepas
penat, setelah seharian melakukan aktivitas dan rutinitas. Danau Unesa Kampus
Lidah Wetan bisa jadi pilihan alternatif bagi Anda untuk menikmati romansa
senja. Sembari menunggu dan menikmati warna-warni romantisme senja, Anda juga
bisa menikmati jajaran wisata kuliner ala pedagang kaki lima di sepanjang bibir
trotoar danau. Dari pantauan reporter Humas Unesa, terlihat masyarakat dan
mahasiswa ramai berkunjung ke tempat ini, saat sore tiba.
Dengan berlatar belakang gedung-gedung tinggi
baru yang akan digunakan untuk rektorat, pusat pendidikan guru, dan
laboratorium olahraga, suasana keindahan waduk dan senja semakin lengkap dan
sinkron rasanya. Di danau yang juga masih dalam proses pembangunan dan
pengembangan ini, ramai pula para pemancing. Para pedagang kaki lima mengaku
bersyukur bisa mengais rezeki di kawasan ini. Pedagang es degan dan es campur
berumur 46 tahun tersebut berharap waduk unesa lebih dipercepat proses
pembangunan dan pengembangannya agar semakin cantik dan lebih semakin banyak
pengunjung tertarik.
0 komentar:
Posting Komentar