Unesa (Universitas Negeri Surabaya) merupakan salah satu
Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Unesa juga dikenal sebagai “Kampus Pahlawan”.
Hal ini bukan karena lokasinya di kota Pahlaawan, melainkan karena Unesa sudah dikenal
sejak lama sebagai pencetak Pahlawan-pahlawan baru, pahlawan yang dimaksud
tentunya bukan mereka maju di medan perang daerah konflik, melainkan pahlawan
yang berperang melawan kebodohan dan ketertinggalan, pahlawan ini dikenal
sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, atau yang biasa kita kenal sebagai “Guru”
atau Pendidik. Sebagai kampus pahlawan, bukan berarti Jalan terbentuknya Unesa
berlangsung cepat, stabil dan mulus. Unesa beberapa kali mengalami perubahan,
mulai dari perubahan bentuk, nama, dan struktur kepemimpinan. Saat ini Unesa
telah menjelma menjadi salah satu kampus besar di Jawa Timur, meskipun
demikian, tidak banyak orang yang tahu bahkan mungkin tidak mengira jika Kampus
Pahlawan ini memiliki jejak perjalanan yang sangat panjang, bahkan cikal bakal
Unesa sendiri jauh dari bentuk Universitas, melainkan berupa lembaga kursus.
Berdasarkan data yang berhasil penulis himpun, cikal
bakal Unesa merupakan sebuah lembaga kursus yang berdiri sekitar tahun 1950.
B-I dan B-II, merupakan lembaga kursus tanpa gelar bidang ilmu kimia dan ilmu
pasti. Kursus ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru tingkat SMP
dan SMA waktu itu. Namun kemudian, hal ini menimbulkan dualisme dengan lembaga
lain, dalam hal ini FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) di
Universitas, yang juga mencetak tenaga guru, namun memiliki gelar. Untuk
mengatasi hal tersebut, akhirnya diputuskan bahwa kedua lembaga ini disatukan
kedalam satu wadah, yakni FKIP yang ditetapkan melalui Ketetapan MPRS no.
11/MPRS/1960. Perkembangan berikutnya kemudian B-I dan B-II di Surabaya
disatukan dengan FKIP Universitas Airlangga. Oleh karena Kursus B-I dan B-II
yang disatukan berlokasi di Malang dan Surabaya, maka untuk penyatuan di
wilayah Malang bernama FKIP Universitas Airlangga di Malang, sedangkan di
Surabaya langsung menyatu dengan FKIP Universitas Airlangga
Saat kemunculan APG (Akademi Pendidikan Guru) tahun 1962
yang kemudian berubah menjadi IPG (Institut Pendidikan Guru), masalah dualisme
kembali muncul. Masalah ini kemudian diselesaikan melalui Surat Keputusan
Presiden no. 1/1963. Melalui keputusan ini dilakukan penyatuan antara IPG
dengan FKIP menjadi IKIP (Institut Keguruan Ilmu Pendidikan). Sebagai
tindaklanjutnya, tanggal 20 Mei 1964, FKIP Universitas Airlangga di Malang
berubah menjadi IKIP Malang Pusat, sedangkan FKIP Universitas Airlangga di
Surabaya berubah menjadi IKIP Malang cabang Surabaya. Pada 19 Desember 1964,
dilakukan pemisahan sehingga IKIP Malang cabang Surabaya berdiri sendiri dengan
susunan kepemimpinan berupa presidium, lembaga ini kemudian bernama IKIP
Surabaya. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1999, tepatnya tanggal 4 Agustus
1999. IKIP Surabaya mendapatkan perluasan mandat sehingga berubah menjadi
Universitas Negeri Surabaya hingga saat ini. Meski nama Universitas Negeri
Surabaya baru ditetapkan 4 Agustus 1999, Unesa tetap memeringati tanggal
kelahirannya pada 19 Desember karena sejarah Unesa tidak bisa dipisahkan dari
sejarah IKIP Surabaya itu sendiri.
Pada awal berdiri, IKIP Surabaya baru memiliki lima Fakultas,
yakni FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan), FKIS (Fakultas Keguruan Ilmu Sosial),
FKSS (Fakultas Keguruan Sastra Seni), FKIE (Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta) dan
FKIT (Fakultas Keguruan Ilmu Teknik). Dengan perkembangan jaman, serta kondisi
dalam lembaga sendiri, menyebabkan adanya penambahan dan perubahan Fakultas,
sehingga saat ini Unesa memiliki tujuh fakultas, lima fakultas lama dan dua
fakultas tambahan. FIP menjadi satu-satunya Fakultas lama yang tidak mengalami
perubahan nama, sedangkan empat fakultas lain mengalami perubahan. FKSS berubah
nama menjadi FBS (Fakultas Bahasa dan Seni), FKIE berubah nama menjadi FMIPA
(Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), FKIS berubah nama menjadi FIS
(Fakultas Ilmu Sosial), dan FKIT berubah nama menjadi FT (Fakultas Teknik).
Selain fakultas lama, ada dua fakultas lain yang
terbentuk setelah 1964. FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) merupakan hasil
penyatuan dengan STO (Sekolah Tinggi Olahraga) pada 1 Maret 1977. STO bergabung
kemudian bernama FKIK (Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan). Kemudian FE
(Fakultas Ekonomi), berdiri tanggal 16 Maret 2006 sebagai bentuk pemisahan
Jurusan Pendidikan Ekonomi dan Program Studinya dari Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini
didasarkan pada Surat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 761/D/T/2006
dan Surat Keputusan Rektor Unesa nomor 050/J37/HK.01.23/PP.03.02/2006.
Dengan sekitar 63 Program Studi, Unesa telah berkembang
dari sebuah lembaga kursus tanpa gelar menjadi Universitas besar yang mencetak
puluhan ribu pahlawan baru. Program Studi tersebut terdiri dari program studi
kependidikan dan non kependidikan, serta mulai dari jenjang diploma hingga
pasca sarjana. Perkembangan yang pesat menjadikan Unesa saat ini mampu
menghasilkan sekitar 80.000 lulusan baru, yang sebagian besar merupakan
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa bagi bangsa. Perkembangan yang begitu pesat ini tidak
lepas dari semangat dan perjuangan seluruh keluarga besar Unesa untuk memajukan
bangsa melalui pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan.
Dibalik pencapaian luar biasa yang telah dicapai melalui
perjuangan selama lebih dari setengah abad, masih ada tantangan yang harus
dihadapi kampus pahlawan ini di masa depan. Globalisasi yang tidak semakin
tidak terbendung, salah satu wujudnya ialah pemberlakuan MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) secara bertahap mulai 2015, memunculkan tantangan baru tentang
kemampuan persaingan Perguruan Tinggi, bukan hanya di tingkat nasional
melainkan hingga internasional. Unesa harus mampu menyesuaikan diri, bertahan
dan terus berkembang sebagai upaya sumbangsihnya kepada bangsa ini sehingga
tidak tergerus globalisasi.
Pendidikan menjadi kunci sebuah bangsa untuk dapat
berdiri sejajar dengan bangsa lain dan tidak terlindas gempuran jaman modern. Disinilah
Unesa menjadi penting, sebagai salah satu kampus pahlawan, Unesa harus mampu
mencetak Pahlawan tanpa tanda jasa masa depan, yakni yang mampu menyesuaikan
diri dengan persaingan yang ketat, penuh kerjasama, serta perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin maju. Kemampuan ini dapat dicapai melalui inovasi dan
evaluasi yang dilakukan secara terus menerus. Unesa juga harus mampu membaca
setiap peluang yang diperlukan dalam membantu menyiapkan Pahlawan baru di masa
depan. Dengan membuka diri pada setiap perubahan yang positif dan membangun,
Unesa akan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi jaman di masa depan,
serta terus menghasilkan pahlawan-pahlawan bangsa yang baru, yang dapat menjaga
dan menopang bangsa ini menuju kemakmuran dan kemajuan.
0 komentar:
Posting Komentar